Aku telah tidak peduli denganmu Akupun telah tidak peduli dengan kehidupanmu Akupun telah tidak peduli dengan kabarmu Semakin waktu berlalu, semakin pula aku tau Semakin banyak yang kutau saat ini, semakin tersadarkan diriku Fakta-fakta pahit yang datang belakangan ini, adalah bukti bahwa Tuhan menyayangi aku Bahwa Dia tidak akan membiarkan aku untuk hidup bersama dengan orang yang tidak menghargaiku dan tidak pula tulus kepadaku. Dia mencegahku untuk menangis sebab menahan siksaan batin yang begitu dahsyat untuk seumur hidupku. Hatiku telah jauh lebih lega Diriku telah jauh lebih baik Tawaku telah perlahan mulai terdengar Riangku telah perlahan mulai tergambar Jika kamu ingin menikah, maka menikahlah dengan laki-laki yang kamu pilih. Aku tidak ada urusan dengan itu. Jika kamu ingin menjalankan hubungan serius ataupun tunangan. Silakan lah bertunangan, aku tidak peduli karena bukan urusan aku. Hidupmu yang pahit, hidupmu yang manis, hidupmu yang lurus, hidupmu yang berliku, hidupmu yan...
Pelarian adalah menulis dan menulis membuat aku menjadi tenang di kala kupingku masih mendengung berisik dan otakku masih membeku tentang kamu. Malam yang sunyi, suara mesin AC, redupan lampu, remangnya kamar. Tidak berselimut apapun, ditelanjangi oleh kenyataan dan fakta bahwa hati ini sebenarnya mencari siapa pemiliknya. Seperti lagu “Pamungkas - Monolog” sebuah rindu yang jatuh di kamarku, selalu bertanya mengapa sebenarnya aku masih mengharapkan sesuatu yang rumit dan sulit untuk tercapai. Apakah ada alasan yang membuat rasanya semakin kuat? Hati ini hanya bisa membisikkan kepada pikiranku tanpa suara. Dia menyatakan rindu dengan sebenar-benarnya dan ingatan selalu jatuh tepat pada kisah masa-masa awal kita mengenal. Bukan cuma seperti lagu Pamungkas, ini juga tentang “Bunga Abadi - Rio Clappy” bahwa tubuh ini jika memiliki sayap siap untuk lepas landas menembus ruang dan waktu, sejauh apapun. Tubuh ini ingin memperhatikan kamu secara nyata di alam yang sama. Memperhatikan bagaiman...