Langsung ke konten utama

Berserah

Menyusuri dunia yang fana

Ia yakin akhirnya akan indah

Munajatnya ia yakin kan sampai

Meski terkadang tempo berdentang lama


Dia tak pernah merasa megah

Atas apa yang ia miliki hanyalah syukur

Menaruh harap di tiang-tiang doa

Kering matanya adalah tanda biasa basah


Duduk sejenak penghilang penat

Deru angin berkibas dari kain buruk penghilang keringat

Lagi dia mengangkat tangan

Mengangkat tangan menatap Allah


Mendekap dadanya dan menghela nafas

Dia tidak kecewa atas lamanya ijabah

Menyerahkan sepenuhnya dengan ikhlas

Kembali mendayung asa tanpa bekas malas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapan Kau Diutus

 Ini adalah tentang dia, dan dia adalah wanita yang aku inginkan, dalam setiap malam selalu aku bayangkan, dalam tiap akhir sujud selalu kusematkan di perkataan doaku. Dia akan menjadi penerang jiwaku, membesarkan hatiku dan meneduhkan aku dari rasa penat. Tangannya akan kurasakan di kening, pipi dan dagu, telapaknya akan menghapus dua jenis air perjuangan yang menyucur deras dari wajahku. Air yang pertama adalah ngarai yang terbentuk karena pilu serta haru ketika aku telah menemukan dia, dan yang kedua adalah sungai yang terisi dikala perjuanganku menghidupinya. Dia akan merubah asinnya menjadi tawar sehingga aku tak perlu khawatir bagaimana cara menawarkannya, dia akan ada di sana dikala hatiku menyebutnya sebab dia adalah makhluk paling peka terhadap rasa. Setiap apa yang kurasakan dia mengerti, setiap perkataanku dia memahami, setiap sedihku dia menghibur, setiap lukaku dia membasuh. Aku mencintainya sebagaimana Tuhan mencintainya, dan dia mencintaiku sebagaimana pula aku. Dia lebi

Di Bawah Naungan Bulan

        Sekian banyaknya benda langit, aku lebih memilih bulan. Bulan bagiku sangat indah, tidak ada yang dapat mengalahkan keindahannya, apalagi ketika ia hadir di malam yang sunyi, di malam yang tidak ada siapapun tahu tentang sebuah rasa yang aku miliki. Rasa yang terpendam jauh di lubuk hati, telah bertahun aku menanti akan datangnya kekasih.     Bulan yang melindungiku dari gelapnya malam, sinarnya mampu membantu mengusir roh jahat dari palung kesepian. Bulan menjadikan aku lebih mandiri, karenanya aku menjadi mengerti arti kehidupan. Bulan mengajari aku betapa pentingnya waktu, sehingga menjadikan banyak momentum dalam hidupku berubah menjadi lautan rindu. Bulan yang mengasihi aku tentang kehilangan, ketika hanya ada tangis yang terpekik mendengung terbalut malam.     Bulan yang mengajari arti mengikhlaskan, dimana aku belajar tentang sesuatu yang sebelumnya tidak aku sukai bahkan aku benci namun pada akhirnya aku menjadi ikhlas dan menerima semuanya. Bulan, ia tidak dapat berbic

Lelaki Utusan Neraka

          Medan, merupakan sebuah kota yang cukup aktif di malam hari. Aku bersama dua orang temanku duduk di salah satu minimarket yang memiliki banyak makanan dari Korea Selatan. Pada malam itu aku duduk dengan mereka berdua cukup lama hingga waktu tengah malam tiba. Aku mengenakan celana pendek hotpants dan bergaya atasan casual. Rambutku sedikit pirang dan sisanya hitam pekat, jika tersorot cahaya lampu membuat rambutku sedikit memantulkan cahaya. Aku tidak terlalu tinggi tapi cukup tinggi dengan postur tubuhku yang juga tidak terlalu besar, ideal lah menurutku.     Ketika kami sedang berbincang-bincang tentang banyak hal termasuk menggibah soal teman-teman kami yang pada saat itu tidak ikut bersama kami, dia datang. Aku melihat cahaya lampu motornya yang menyorot ke arah meja kami kemudian mati, mataku reflek melihat cahaya itu tak sengaja juga melihat wajahnya. Aku cukup tertarik melihat perawakannya dan dia pun berjalan masuk ke minimarket untuk memesan.     Setelah hampir satu