Pelarian adalah menulis dan menulis membuat aku menjadi tenang di kala kupingku masih mendengung berisik dan otakku masih membeku tentang kamu.
Malam yang sunyi, suara mesin AC, redupan lampu, remangnya kamar. Tidak berselimut apapun, ditelanjangi oleh kenyataan dan fakta bahwa hati ini sebenarnya mencari siapa pemiliknya.
Seperti lagu “Pamungkas - Monolog” sebuah rindu yang jatuh di kamarku, selalu bertanya mengapa sebenarnya aku masih mengharapkan sesuatu yang rumit dan sulit untuk tercapai. Apakah ada alasan yang membuat rasanya semakin kuat?
Hati ini hanya bisa membisikkan kepada pikiranku tanpa suara. Dia menyatakan rindu dengan sebenar-benarnya dan ingatan selalu jatuh tepat pada kisah masa-masa awal kita mengenal.
Bukan cuma seperti lagu Pamungkas, ini juga tentang “Bunga Abadi - Rio Clappy” bahwa tubuh ini jika memiliki sayap siap untuk lepas landas menembus ruang dan waktu, sejauh apapun. Tubuh ini ingin memperhatikan kamu secara nyata di alam yang sama. Memperhatikan bagaimana caramu tersenyum disana, memastikan benarkah kamu berbahagia. Menemani apabila rintik air mata mengayun dari ujung mata indah itu, jatuh mengarai sampai ke pipi yang sampai saat ini ingin sekali kusentuh.
Komentar
Posting Komentar