Di pagi hari yang cerah di kota Medan, aku melihat dirinya yang tengah menyirami bunga di pekarangan rumah. Wajahnya sangatlah indah, seperti bulan yang kutatap tadi malam, seperti bintag yang berkelipan, cahayanya seakan mendarat di wajahku yang mengusir jauh rasa kesepian. Perempuan itu bernama, Aryati. Elok sekali dan tak jemu untuk dipandang, seakan setiap waktu aku hanya menanti untuk menunggu dirinya, seolah dunia ini untuknya. Begitu pula hatiku yang merasa bahwa heningnya dapat diusir jauh olehnya. Tidak perlu berdandan dan tak perlu makeup yang tebal, wajahnya sudah sangat anggun rupawan. Baju dasternya yang berwarna merah muda dengan corak bunga menghiasi setiap lekukan tubuhnya yang putih dan ramping. Tukang pengantar koran yang lewat di hadapannya hampir saja jatuh masuk ke lubang parit, untungnya ontel tuanya bisa ia kendalikan. Belum lagi binar matanya yang bercahaya, bibirnya yang kemerah-merahan merekah delima. Setiap orang yang memandangya pasti
Manusia biasa suka nulis apa aja suka-suka yang penting aku suka, pernah menjabat tangan orang tua, nenek, guru, dosen, imam solat di masjid.