Di pagi
hari yang cerah di kota Medan, aku melihat dirinya yang tengah menyirami bunga di pekarangan rumah. Wajahnya sangatlah indah, seperti bulan yang kutatap tadi
malam, seperti bintag yang berkelipan, cahayanya seakan mendarat di wajahku
yang mengusir jauh rasa kesepian.
Perempuan itu
bernama, Aryati. Elok sekali dan tak jemu untuk dipandang, seakan setiap waktu
aku hanya menanti untuk menunggu dirinya, seolah dunia ini untuknya. Begitu
pula hatiku yang merasa bahwa heningnya dapat diusir jauh olehnya.
Tidak perlu berdandan dan tak perlu makeup yang tebal, wajahnya sudah sangat anggun rupawan. Baju dasternya yang berwarna merah muda dengan corak bunga menghiasi setiap lekukan tubuhnya yang putih dan ramping.
Tukang pengantar koran yang lewat di hadapannya hampir saja jatuh masuk ke lubang parit, untungnya ontel tuanya bisa ia kendalikan. Belum lagi binar matanya yang bercahaya, bibirnya yang kemerah-merahan merekah delima. Setiap orang yang memandangya pasti akan jatuh hati hingga tergila-gila, begitulah ia tetanggaku bernama Aryati.
"Cewek cantik, baca koran juga?" senyumku ditujukan padanya yang sedang memegang selang air di jemari lentiknya.
"Bukan, untuk bapak." jawabnya singkat tanpa ekspresi di wajah indahnya.
Aku memandanginya dengan seksama, memperhatikan setiap apa yang ia lakukan. Seakan-akan aku terpaku dengan keistimewaannya, bak malaikat yang datang dari kayangan.
"Jangan diliatin, nanti naksir." ia memecah lamunanku yang baru saja berkhayal jalan bersamanya.
Kampret, lah. Aku bersandika dengan senyum kebohongan menutupi rasa malu.
"Eh, emangnya kalau aku naksir gimana?" ia meletakkan selang air, berjalan ke arah keran. "Jangan gitu lah, malu. Masa naksir sama tetangga." aku mengambil koran yang mendarat di pekarangan rumahku. "Ya, kan kalau naksirnya sama bidadari, gapapa.".
Ketika ia berada di hadapan keran, tiba-tiba ia mengurungkan niatnya untuk mematikan aliran airnya, ia mengarahkan lubang selang yang ia pencet perlahan ke arahku dan menghujani kedua bola mataku.
Tiba-tiba aku mendengar suara ibu yang memanggil dari luar yang dimana aku tak dapat melihat wujudnya.
"Bangun, heh. Cari kerja sana!"
Ternyata aku mimpi dan mimpi itu sangat berkesan bagiku, kuharap orang seperti Aryati ada di dunia nyata dan aku mendapatkan jodoh seperti dirinya.
Tidak perlu berdandan dan tak perlu makeup yang tebal, wajahnya sudah sangat anggun rupawan. Baju dasternya yang berwarna merah muda dengan corak bunga menghiasi setiap lekukan tubuhnya yang putih dan ramping.
Tukang pengantar koran yang lewat di hadapannya hampir saja jatuh masuk ke lubang parit, untungnya ontel tuanya bisa ia kendalikan. Belum lagi binar matanya yang bercahaya, bibirnya yang kemerah-merahan merekah delima. Setiap orang yang memandangya pasti akan jatuh hati hingga tergila-gila, begitulah ia tetanggaku bernama Aryati.
"Cewek cantik, baca koran juga?" senyumku ditujukan padanya yang sedang memegang selang air di jemari lentiknya.
"Bukan, untuk bapak." jawabnya singkat tanpa ekspresi di wajah indahnya.
Aku memandanginya dengan seksama, memperhatikan setiap apa yang ia lakukan. Seakan-akan aku terpaku dengan keistimewaannya, bak malaikat yang datang dari kayangan.
"Jangan diliatin, nanti naksir." ia memecah lamunanku yang baru saja berkhayal jalan bersamanya.
Kampret, lah. Aku bersandika dengan senyum kebohongan menutupi rasa malu.
"Eh, emangnya kalau aku naksir gimana?" ia meletakkan selang air, berjalan ke arah keran. "Jangan gitu lah, malu. Masa naksir sama tetangga." aku mengambil koran yang mendarat di pekarangan rumahku. "Ya, kan kalau naksirnya sama bidadari, gapapa.".
Ketika ia berada di hadapan keran, tiba-tiba ia mengurungkan niatnya untuk mematikan aliran airnya, ia mengarahkan lubang selang yang ia pencet perlahan ke arahku dan menghujani kedua bola mataku.
Tiba-tiba aku mendengar suara ibu yang memanggil dari luar yang dimana aku tak dapat melihat wujudnya.
"Bangun, heh. Cari kerja sana!"
Ternyata aku mimpi dan mimpi itu sangat berkesan bagiku, kuharap orang seperti Aryati ada di dunia nyata dan aku mendapatkan jodoh seperti dirinya.
Komentar
Posting Komentar