Langsung ke konten utama

Laksana

Laksana rembulan mengambang
Menemani payoda merubah diri
Menjadi rintik sendu yang dirindu bumi
Tanpa aba selalu menyirami

Laksana baswara sarayu mengusir shyam
Ancala berpayung pada nabastala
Menancapkan kaki nan kokoh di tiang ancala
Begitulah Dia yang dirindu

Walau tak perlu mengungkapkan rindu
Dia menegur dengan cara
Merangkul dan menyambut cinta
Abadi tiada dua kasih-Nya

Jangan Kau hapus nama-Mu di hati
Jika ia membuatku merasa aman
Janganlah Kau meninggalkanku
Mengganti damaiku menjadi ribut

Karena-Mu aku ada dan karena-Mu aku tiada
Kepada-Mu aku menuju dan dari-Mu aku datang
Di bawah kaki-Mu kutemukan kesejukan
Di bawah kaki-Mu pula kubermohon ampunan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapan Kau Diutus

 Ini adalah tentang dia, dan dia adalah wanita yang aku inginkan, dalam setiap malam selalu aku bayangkan, dalam tiap akhir sujud selalu kusematkan di perkataan doaku. Dia akan menjadi penerang jiwaku, membesarkan hatiku dan meneduhkan aku dari rasa penat. Tangannya akan kurasakan di kening, pipi dan dagu, telapaknya akan menghapus dua jenis air perjuangan yang menyucur deras dari wajahku. Air yang pertama adalah ngarai yang terbentuk karena pilu serta haru ketika aku telah menemukan dia, dan yang kedua adalah sungai yang terisi dikala perjuanganku menghidupinya. Dia akan merubah asinnya menjadi tawar sehingga aku tak perlu khawatir bagaimana cara menawarkannya, dia akan ada di sana dikala hatiku menyebutnya sebab dia adalah makhluk paling peka terhadap rasa. Setiap apa yang kurasakan dia mengerti, setiap perkataanku dia memahami, setiap sedihku dia menghibur, setiap lukaku dia membasuh. Aku mencintainya sebagaimana Tuhan mencintainya, dan dia mencintaiku sebagaimana pula aku. Dia lebi

Di Bawah Naungan Bulan

        Sekian banyaknya benda langit, aku lebih memilih bulan. Bulan bagiku sangat indah, tidak ada yang dapat mengalahkan keindahannya, apalagi ketika ia hadir di malam yang sunyi, di malam yang tidak ada siapapun tahu tentang sebuah rasa yang aku miliki. Rasa yang terpendam jauh di lubuk hati, telah bertahun aku menanti akan datangnya kekasih.     Bulan yang melindungiku dari gelapnya malam, sinarnya mampu membantu mengusir roh jahat dari palung kesepian. Bulan menjadikan aku lebih mandiri, karenanya aku menjadi mengerti arti kehidupan. Bulan mengajari aku betapa pentingnya waktu, sehingga menjadikan banyak momentum dalam hidupku berubah menjadi lautan rindu. Bulan yang mengasihi aku tentang kehilangan, ketika hanya ada tangis yang terpekik mendengung terbalut malam.     Bulan yang mengajari arti mengikhlaskan, dimana aku belajar tentang sesuatu yang sebelumnya tidak aku sukai bahkan aku benci namun pada akhirnya aku menjadi ikhlas dan menerima semuanya. Bulan, ia tidak dapat berbic

Lelaki Utusan Neraka

          Medan, merupakan sebuah kota yang cukup aktif di malam hari. Aku bersama dua orang temanku duduk di salah satu minimarket yang memiliki banyak makanan dari Korea Selatan. Pada malam itu aku duduk dengan mereka berdua cukup lama hingga waktu tengah malam tiba. Aku mengenakan celana pendek hotpants dan bergaya atasan casual. Rambutku sedikit pirang dan sisanya hitam pekat, jika tersorot cahaya lampu membuat rambutku sedikit memantulkan cahaya. Aku tidak terlalu tinggi tapi cukup tinggi dengan postur tubuhku yang juga tidak terlalu besar, ideal lah menurutku.     Ketika kami sedang berbincang-bincang tentang banyak hal termasuk menggibah soal teman-teman kami yang pada saat itu tidak ikut bersama kami, dia datang. Aku melihat cahaya lampu motornya yang menyorot ke arah meja kami kemudian mati, mataku reflek melihat cahaya itu tak sengaja juga melihat wajahnya. Aku cukup tertarik melihat perawakannya dan dia pun berjalan masuk ke minimarket untuk memesan.     Setelah hampir satu